Konsep Hidup Orang Jepang Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik – Siapa yang tidak kenal dengan Jepang? Saya rasa tidak ada orang yang tidak mengetahui tentang negeri matahari terbit. Negara ini terkenal tidak hanya karena banyaknya anime yang diproduksinya, tetapi juga karena perkembangan dan kemajuan teknologi dan transportasinya yang sungguh luar biasa.
Konsep Hidup Orang Jepang Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik
meirapenna – Adakah di antara kalian yang pernah menginjakkan kaki di Jepang?
Namun tahukah Anda kalau Jepang sendiri mempunyai beberapa konsep dan filosofi yang sangat penting bagi kebahagiaan dan kesehatan? Ya, siapa sangka dibalik negara yang modern dan progresif ini terdapat ide dan falsafah hidup yang jelas-jelas merupakan bagian dari budaya?
1.Ikigai
Ikigai adalah konsep filosofis Jepang yang secara kasar diterjemahkan sebagai “alasan keberadaan” atau “apa yang membuat hidup layak dijalani”. Konsep “ikigai” ini berarti secara khusus mendefinisikan dan melaksanakan tujuan hidup seseorang. Misalnya, hal sederhana seperti mengapa Anda harus bangun di pagi hari. Ide ini lahir dari keinginan akan sesuatu yang menyenangkan orang dan membuat mereka bahagia. Hal ini memungkinkan mereka menemukan makna dan kepuasan dalam hidup. Beberapa orang menganggap kata ini sebagai hasrat, misi, pekerjaan, atau misi yang harus dipenuhi.
Juara 2 Burung Cherry Plum
Kata Jepang kuno “cherry plum tori” adalah karakter kanji yang mewakili empat pohon yang mekar di musim semi: bunga sakura, persik, plum, dan aprikot. Dalam konteks ini, “Obi-dori” dapat diartikan sebagai membiarkan setiap individu tumbuh dan berkembang dengan kecepatan dan waktunya masing-masing. Ibarat bunga yang mekar di saat yang tepat. Oleh karena itu, kita tidak boleh membandingkan diri kita dengan orang lain.
Baca Juga : How To Use English in Life
3. Peningkatan
Kaizen, yang dalam bahasa Jepang berarti perbaikan berkelanjutan atau perubahan menjadi lebih baik, adalah filosofi pribadi dan bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua bidang kehidupan. Hal ini juga sering dikaitkan dengan konsep “langkah-langkah kecil” karena bertujuan untuk mendorong perubahan bertahap daripada mencoba membuat perubahan besar dan dramatis sekaligus.
Kaizen pertama kali dipraktikkan oleh perusahaan Jepang setelah Perang Dunia II. Prinsip dan karakteristiknya kemudian dikenal sebagai “Toyota Way” dan diadopsi oleh perusahaan di seluruh dunia. Saat ini, Kaizen adalah sebuah konsep untuk menanamkan kebiasaan yang diinginkan dan meningkatkan efisiensi serta kegunaan kehidupan pribadi.
4. Wabi Sabi
Istilah “wabi-sabi” dapat diartikan sebagai menemukan keindahan dalam kefanaan dan ketidaksempurnaan. Dengan kata lain, Buddhisme Zen mengakui ketidaksempurnaan alam dan ketidakkekalan segala sesuatu.
Filosofi menjaga segala sesuatu tetap otentik didasarkan pada tiga prinsip dasar: Artinya, tidak ada yang kekal, tidak ada yang sempurna, dan tidak ada yang sempurna. Dalam arti pribadi, berarti mampu menerima dengan bijak tidak hanya kesalahan diri sendiri, tapi juga kesalahan orang lain.
5. Motainai
Ada juga kata “Mottainai”. Hal ini mengacu pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada memiliki nilai dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ini adalah konsep yang menekankan pentingnya untuk tidak menyia-nyiakan sumber daya yang tersedia bagi kita, seperti makanan, air, energi, dan waktu.
Jika tidak memanfaatkan dan merawatnya dengan benar maka Anda akan menyesal. Gagasan ini juga berkaitan dengan gagasan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang.
6. Mono-chan tidak menyadarinya.
“Monono Aware” secara harfiah berarti “kepedihan situasi.” Namun, sebagian orang menerjemahkannya sebagai perasaan empati terhadap hal-hal dan hal-hal yang cepat berlalu dan berlalu. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan pengalaman melihat sesuatu yang indah, seperti bunga yang mekar, namun akhirnya mati.
Orang yang percaya pada kesadaran material tahu bahwa tidak ada sesuatu pun dalam hidup ini yang abadi atau cepat berlalu, jadi kita harus menghargai keindahan dan kegembiraan saat ini.
Baca Juga : Restoran Padang Arief Muhammad Siap Ekspansi ke Jepang
7. permainan
Gaman dapat dinyatakan dengan “kesabaran” atau “ketahanan”. Dalam budaya Jepang, kerendahan hati sering dianggap sebagai kebajikan mendasar dan sering dikaitkan dengan ketabahan, ketekunan, dan tekad. Ini berarti kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit tanpa mengeluh atau menyerah. Kata “kesabaran” sering kali mengacu pada seseorang yang mampu menanggung kesulitan tanpa kehilangan tujuan.
8. Tidak ada cacing
Contoh kesabaran dan kejujuran
Teladan kesabaran dan integritas. (Foto oleh Aaron Andrew Ang di Unsplash)
“Mau bagaimana lagi” berarti “tidak ada yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya,” dan sering kali digunakan untuk mengungkapkan perasaan pasrah atau menerima ketika dihadapkan pada situasi yang sulit atau membuat frustrasi. Ungkapan ini sering digunakan ketika Anda menyadari bahwa ada masalah atau tantangan yang tidak dapat diubah atau diselesaikan, dan tindakan terbaik adalah menerima situasi tersebut dan melanjutkan hidup.
Dalam hal ini, “tidak ada pilihan” dapat dilihat sebagai bentuk penerimaan dan ketahanan yang mendorong orang untuk melepaskan apa yang tidak dapat mereka kendalikan dan fokus pada apa yang dapat mereka lakukan untuk maju.
9. Yuugen
Yuugen adalah konsep Jepang yang dianggap sebagai “misteri” atau “kedalaman”. Yuugen dikaitkan dengan gagasan bahwa ada dimensi tersembunyi atau tidak terlihat di dunia, yang berada di luar pemahaman kita sehari-hari.
Dengan terbuka terhadap misteri ini, kita dapat mengalami rasa keterhubungan dan makna yang lebih dalam. Yuugen terkadang dapat dilihat sebagai bentuk kedalaman spiritual atau emosional, karena mendorong orang untuk melihat dan mencari makna yang lebih dalam.
10. Kintsugi
Bentuk seni Jepang yang disebut sebagai “kintsugi”, yang berarti perjalanan emas dan “kintsukuroi”, mengacu pada perbaikan emas, paling sering dikaitkan dengan perbaikan tembikar yang rusak dengan pernis emas atau perak. Hasilnya adalah objek yang menakjubkan karena merayakan kekurangannya.